Comments System

Semakin Stres, Semakin Sering Sakit Kepala

Para ilmuwan Jerman mengkonfirmasi hal yang selama ini diyakini banyak orang bahwa stres bisa menyebabkan sakit kepala. Hasil riset mereka menemukan bahwa orang yang melaporkan sering sakit kepala ternyata mengalami stres lebih sering dibandingkan mereka yang tidak pernah sakit kepala.

Peningkatan stres menyebabkan lebih banyak terjadi sakit kepala dari berbagai jenis tetapi efeknya secara khusus dialami oleh mereka yang mengalami sakit kepala lebih sering. "Temuan kami penting untuk mendukung pengobatan stres pada pasien yang mengalami berbagai jenis sakit kepala," kata ketua peneliti Dr. Sara Schramm dari University Duisburg-Essen.

"Upaya penyembuhan untuk mereka yang mengalami sakit kepala akibat stres kemungkinan lebih tinggi dibandingkan pada pasien migren," kata Schramm seperti dikutip situs Health Day edisi 19 Februari 2014. Temuan-temuan tersebut akan dipresentasikan di pertemuan tahunan American Academy of Neurology pada 3 Mei 2014 di Philadelphia.



Para ilmuwan mengumpulkan data lebih dari lima ribu orang berusia 21 hingga 71 tahun. Empat kali dalam dua tahun, partisipan ditanya mengenai level stres dan sakit kepala yang dialami. Dalam kesempatan itu, mereka juga diminta untuk menilai level stres mereka pada 0-100 dan menghitung ulang sakit kepala yang mereka alami selama sebulan.

Tim Schramm menemukan bahwa 31 persen dari partisipan mengalami sakit kepala parah, 14 persen mengalami migren, 11 persen mengalami migren parah dan 17 persen tidak mengalami sakit kepala.Orang dengan sakit kepala parah mencatatkan level stres mereka pada rata-rata 52 dalam skala 100. Untuk mereka yang mengalami migren, skornya 62 dalam skala 100, dan level stres mereka 59 dalam skala 100 bagi mereka yang mengalami migren dan sakit kepala parah. Kenaikan level stres menunjukkan hubungan yang jelas dengan kenaikan jumlah sakit kepala setiap bulannya.

Sementara itu, para ilmuwan menemukan bahwa orang-orang yang mengalami sakit kepala parah, kenaikan 10 poin skala stres sama dengan kenaikan sakit kepala 6,3 persen. Di antara mereka yang menderita migren, kenaikan itu meningkat menjadi 4,3 persen untuk setiap kenaikan skala stres 10 poin. Sedangkan untuk mereka yang mengalami kedua jenis sakit kepala itu, kenaikannya empat persen.

Untuk memastikan bahwa stres itu memang sebuah masalah, tim Schramm mengeluarkan berbagai faktor yang berkaitan dengan sakit kepala seperti minum alkohol, merokok dan seringnya penggunaan obat sakit kepala untuk mengatasi gangguan tersebut.

Menanggapi hal temuan tersebut, Souhel Najjar, direktur Neuroscience Center di Staten Island University Hospital, New York City, yang tidak terlibat dalam riset ini mengatakan bahwa temuan ini sangat penting. "Hal ini menunjukkan bahwa mengidentifikasi penyebab stres yang kronis, dan memanfaatkan strategi untuk langsung mengurangi atau memodifikasi stres, dengan cara meditasi, olahraga bernapas dalam-dalam dan teknik relaksasi otot, bisa sangat efektif untuk menurunkan semua jenis sakit kepala," ujar dia.


Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.